Diagram Terner
Pembahasan
Peralatan yang
digunakan harus dicuci terlebih dahulu, kemudian dibilas dengan akuades, dan
dibilas dengan methanol, karena dengan pembilasan menggunakan methanol ini,
maka alat tersebut akan cepat mongering akibat metanol yang mudah menguap dan
menguapkan pengotor yang ada pada alat itu. Serta harus kering agar volume
larutan yang digunakan tidak terganggu oleh larutan lain yang ada pada alat.
Pada setiap larutan
yang digunakan pada praktikum ini, harus selalu menggunakan wadah bertutup,
bila menggunakan gelas kimia saja, maka harus ditutup dengan aluminium foil,
karena larutan organik yang digunakan (metanol, toluene, kloroform, aseton)
mudah menguap atau volatil, sehingga apabila tidak ditutup, maka akan menguap
dan akan mempengaruhi pada volumenya.
Semua penambahan
larutan menggunakan buret, karena dengan menggunakan buret, volue yang terukur
akan teliti dan akurat sehingga dapat meminimalisir kesalahan. Dan buret ini
pada bagian mulut atasnya harus ditutup aluminium foil, agar larutan yang di
dalamnya tidak menguap sehingga menyebabkan volume yang terukur bukan yang
sebenarnya.
Buret yang digunakan
dalam titrasi ataupun penambahan larutan setelah dicuci dan dibilas akuades,
harus dibilas lagi dengan menggunakan larutan yang akan diukur atau titrannya,
karena dengan pembilasan ini maka apabila terdapat larutan yang tertinggal,
larutan tersebut adalah sama, larutan yang akan diukur atau titran, sehingga tidak akan ada reaksi lain yang
terjadi dan tidak akan ada pengaruh yang mengganggu pencampuran maupun volume
yang diukur.
Selain semua peralatan
yang harus tertutup, titrasipun harus dilakukan dengan cepat, karena larutan yang bersifat muddah menguap,
apabila larutannya menguap, jumlah volume titran akan berlebih dan titik
ekivalen pun akan sulit teramati (sulit untuk melihat kelarutannya, perubahan
dari tidak berwarna menjadi dua fasa).
Piknometer yang
digunakan harus dalam keadaan kering, karena piknometer ini memiliki volume
tertentu sehingga bila tidak kering, maka larutan atau cairan dalam piknometer
tersebut bukan cairan murni dan pada saat menuangkan cairan itu ke piknometer,
harus sampai penuh dan pada kapiler dalam tutupnya harus terpenuhi cairan itu
juga (cairannya masuk ke kapiler), tidak boleh ada gelembung, karena dapat
mempengaruhi volume larutan atau cairan dalam piknometer, dimana pengukuran
massa jenis (BJ) ini sangat dipengaruhi oleh volume dan berat. Selain itu, pada
saat penimbangan piknometer kosong, harus kering, agar berat yang diperoleh
pada penimbangan tidak terganggu oleh berat larutan atau pengotor lainnya,
sehingga akan didapat massa piknometer dan larutan dengan hasil sebenarnya.
Pada praktikum ini
digunakan empat jenis larutan dengan sifat-sifat yang berbeda. Pada sistem
ke-1, menggunakan campuran air dan metanol. Air (akuades) dan methanol ini
bersifat polar, kemudian dititrasi dengan toluene yang bersifat nonpolar,
sehingga terbentuk dua fasa ketika dititrasi, dimana fasa minyaknya terdapat
pada bagian atas larutan air dan methanol, karena BJnya yang berbeda. Kemudian
pada sistem ke-2 menggunakan akuades dengan methanol, dimana akuades dan
akuades adalah polar sehingga membentuk satu fasa, dan ketika dititrasi dengan
kloroform yang bersifat nonpolar, terbentuk dua fasa, fasa campuran, karena
perbedaan kepolaran tersebut. Lalu pada sistem ke-3, digunakan campuran toluen
dengan aseton, aseton bersifat polar, sedangkan toluene nonpolar, sehingga
ketika pencampurannya terbentuk dua fasa karena perbedaan kepolaran, BJ
tersebut, kemudian dititrasi dengan air sehingga terjadi fasa campuran, dua
fasa
Pada percobaan sistem
ke-1, pencampuran dilakukan pada air dan methanol, keduanya bersifat polar
sehingga ketika dicampurkan membentuk satu fasa. Tetapi, ketika dititrasi
dengan toluene, terjadi dua fasa, sebab toluen adalah nonpolar dan massa
jenisnya lebih kecil daripada air dan methanol, sehingga air berada di bagian
bawah dan semakin besar volume air, maka semakin sedikit volume methanol, maka
keadaan dua fasa semakin cepat tercapai.
Pada sistem ke-2,
seperti pada sistem pertama, campuran air dan methanol membentusatu fasa,
sedangkan ketika dititrasi dengan kloroform, akan terbentuk dua fasa, karena
kloroform nonpolar dan volume kloroform yang didapat akan berkuran bila volume
air besar dan methanol kecil sehingga keadaan dua fasa semakin mudah tercapai.
Pada sistem ke-3,
ketika pencampuran toluene dengan aseton langsung terjadi dua fasa, karena
perbedaan kepolaran, toluene nonpolar dan aseton polar, dan ketika ditambahkan
air terjasi sedikit keruh. Semakin besar volume toluene, maka volume titran
yang digunakan (air) semakin kecil.
Diagram terner dibuat
dengan memperhatikan nilai persen fraksi mol dari zat yang dicampurkan, fraksi
mol ini berkaitan dengan volume dan massa jenis zat tersebut, sehingga
penentuan massa jenis dilakukan terhadap zat-zat campuran tersebut. Diagram ini
menunjukkan kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat pada dua cairan
tertentu.
Pada praktikum ini,
terjadi beberapa kesalahan, diantaranya larutan kloroform yang tercampur dengan
toluene, sehingga BJ yang didapat dikhawatirkan bukan BJ yang sebenarnya atau
memiliki % kesalahan.
Pada saat pencampuran
atau titrasi, terjadi kekeruhan karena larutan tiga komponen yang homogeny
pecah menjadi dua larutan terner terkonjugasi akibat perbedaan kepolaran, massa
jenis, dan komposisi sistem, pada diagram terner, komposisi sistem saat jernih
menjadi keruh ditunjukkan dengan titik lengkungan.
Komentar
Posting Komentar